Selasa, 05 Juni 2012

Makalah Frase Thythyn

        BAB I
    PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Sintaksis merupakan ilmu yang mempelajari tentang tata bahasa. Sintaksis juga dapat dikatakan tata bahasa yang membahas hubungan antarkata dalam tuturan. Sintaksis secara etimologis berarti menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata, kelompok kata menjadi kalimat.
 Menurut istilah sintaksis dapat mendefinisikan: bagian dari ilmu bahasa yang membicarakan seluk beluk kalimat, klausa, dan frasa (Ibrahim, dkk:1). Sintaksis itu mempelajari hubungan gramatikal di luar batas kata, tetapi di dalam satuan yang kita sebut kalimat (Verhaar, 1981:70).
Frase, klausa, dan kalimat adalah satuan bahasa. Konsrtuksinya disebut konstruksi sintaksis. Dilihat dari tatanan unsur-unsur pembentuknya, frase, klausa, dan kalimat itu merupakan konstruksi, yang secara khas disebut sintaksis karena konstruksi-konstruksi itu dibahas dan dikaji dalam subdisiplin sintaksis. Atas dasar pemikiran itu dikenal konstruksi frase, konstruksi klausa, dan konstruksi kalimat (Suparno, 1987:7).
Banyak permasalahan yang sering kita temui dalam sintaksis. Misalnya banyak yang sering mempermasalahkan antara frase dengan kata, ada yang membedakannya dan ada juga yang mengatakan bahwa keduanya itu sama. Oleh karena itu makalah ini disusun untuk memahami lebih lanjut tentang frase dan hal-hal yang berkaitan dengan frase dalam sintaksis Bahasa Indonesia.
B. RUMUSAN MASALAH
     Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di awal makalah, rumusan masalah yang akan dibahas, antara lain:
1.    Apa yang dimaksud dengan frase?
2.    Apa saja ciri-ciri frase beserta contohnya?
C. TUJUAN
Tujuan dari penyusunan makalah ini yaitu :
1.    Memenuhi tugas mata kuliah sintaksis.
2.    Mengenal dan memahami kontruksi frase

















BAB II
    PEMBAHASAN
A.    PENGERTIAN FRASA
Dalam berbagai batasan para ahli, frasa selalu didefisikan sebagai satuan bahasa yang terdiri atas dua kanstituen atau lebih yang tidak melampauhi batas fungsi (baca pula badudu, 1986; ramlan,1994). Syarat dari dua konstituen atau lebih ini harus memiliki keterikatan atau hubungan (terutama makna) yang erat. Konstituen yang satu boleh menjadi inti/head dari konstituen lainnya, dan konstituen yang lain dapat menjadi atribut atau penjelas dari konstituen inti.
Dalam analisis klausa/kalimat, sebuah konstituen dapat disebut frasa apabila konstituen tersebut dapat menduduki satu fungsi kalimat (istilsh fungsi mengacu pada pandangan Verhaar, 1986), apakah fungsi subjek, predikat, objek, pelenkap, atau keterangan. Untuk memperjelas uraian dan batasan di atas.
Frasa juga didefinisikan sebagai satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang bersifat nonprediktif, atau lazim juga disebut gabungan kata yang mengisi salah satu fungsi sintaksis di dalam kalimat (Chaer, 1991:222). Menurut Prof. M. Ramlan, frasa adalah satuan gramatik yang terdiri atas satu kata atau lebih dan tidak melampaui batas fungsi atau jabatan (Ramlan, 2001:139). Artinya sebanyak apapun kata tersebut asal tidak melebihi jabatannya sebagai Subjek, predikat, objek, pelengkap, atau pun keterangan, maka masih bisa disebut frasa misalkan;
           Ayah sedang membaca sebuah buku di teras rumah.
Konstruksi di atas terdiri atas empat bagian/kelompok,yaitu (1) ayah saya, (2) sedang membaca, (3) sebuah buku, dan (4) di teras rumah. Bagian (1) terdiri atas 2 konstituen pembentuk yakni ayah dan ibu, bagian (2) juga terdiri atas 2 konstiuten pembentuk, bagian, (3) terdiri atas tiga konstituen pembentuk, yakni di, teras, dan rumah. Dalam analisis fungsi sintaksis, konstituen ayah saya sedang menduduki fungsi subjek (S),sedangkan membaca menduduki fungsi predikat (P),konstituen sebuah buku menduduki fungsi objek (O), dan di teras rumah menduduki fungsi keterangan (K),
B. CIRI-CIRI FRASA
  1). Terdiri atas dua konstituen pembentukan atau lebih yang memilki kedekatan hubungan.
  2)  konstituen frasa adalah kata (bukan morfen)
  3)  hanya menduduki  atau mengisi satu fungsi (slot, istilah badudu).
  4)  merupakan konstituen klausa.
  5) bagian-bagian frasa tidak boleh dipetukarkan atau dibalik susunannya.
  6) frasa dapat diperluas dengan tambahan kata depan, di tengah atau di belakang.
7)  menduduki fungsi gramatikal dalam kalimat.
8)  mengandung satu kesatuan makna gramatikal.
     bersifat nonpredikatif
Khusus cirri (5) dan (6) di atas berikut diperlihatkan contoh (2a) dan (2b) berikut.
 a. baju biru adik sangat bagus.
             Konstruksi (2a) di atas terdiri atas tiga fras, yaitu baju biru, adik saya, dan sangat bagus. Susunanya dapat diubah, tetapi kata-katanya tidak boleh dipertukarkan.
Misalnya ; sangat bagus / baju biru // adik saya
          Bagus sangat / biru baju //saya adik
 b. baju biru bisa diperluas dengan
      baju yang biru
      sehelai baju biru atau baju biru muda. 
Apabila terletak pada suatu kalimat, maka pengertian frase akan menjadi lebih jelas.
a.     Frase yang menyatakan sifat
Santri perempuan diwajibkan mengenakan kerudung
Anak-anak akan bermain bola di lapangan
       b.   Frase yang menyatakan milik
            buku kakak, gading gajah

    C. contoh-contoh frasa
Sebelum mengenal lebih jauh tentang frasa, alangkah lebih baiknya jika mengenal tentang fungsi-fungsi sintaksisi, karena fungsi-fungsi itula yang disebut frasa. Fungsi sintaksisi ada lima, yaitu Subjek(S), Predikat(P), Objek(O), Pelengkap(Pel), dan Keterangan(Ket). Dari kelima fungsi tersebut hanya karakteristik dari Keterangan saja yang tidak mempunyai lawan.
1.    Subjek dan Predikat.
1.    Bagian yang diterangkan predikat. Subjek dapat dicari dengan pertanyaan ‘Apa atau Siapa yang tersebut dalam predikat’. Sedangkan predikat adalah bagian kalimat yang menerangkan subjek. Predikat dapat ditentukan dengan pertanyaan ‘yang tersebut dalam subjek sedang apa, berapa, di mana, dan lain-lain’.
Contoh:
Sedang belajar(P) mereka itu(S).
Fungsi tersebut bisa dibuktikan dengan pertanyaan ‘Siapa yang sedang belajar? Jawabannya ‘mereka itu’.
2.    Berupa frasa nomina atau pengganti frasa nomina. Sedangkan predikat bisa berupa frasa nomina, verba, adjektiva, numeralia, atau pun preposisi.
3.    Jika diubah menjadi kalimat tanya, subjek tidak dapat diberi partikel –kah. Predikat dapat diberi partikel –kal.
Contoh:
Merka itu(S) sedang belajar(P).
Sedang belajarkah mereka itu?
Merekakah sedang belajar? (salah)
2.    Objek dan Pelengkap.
1.    Objek berupa frasa nomina atau pengganti frasa nomina, sedangkan pelengkap berupa frasa nomina, verba, adjektiva, numeralia, preposisi, dan pengganti nomina.
2.    Objek mengikuti predikat yang berupa verba transitif(memerlukan objek) atau semi-transitif dan pelengkap mengikuti predikat yang berupa verba intransitif(tidak memerlukan objek).
3.    Objek dapat diubah menjadi subjek dan pelengkap tidak dapat diubah menjadi subjek.
Contoh:
1.    Transitif(memerlukan objek)
1.    Orang itu(S) menjual(P). (Salah)
2.    Orang itu(S) menjual(P) es kelapa muda(O)
2.    Semi-transitif (bisa atau tidak perlu objek)
1.    Orang itu(S) minum(P).
2.    Orang itu(S) minum(P) es kelapa muda(O).
3.    Es kelapa muda(S) diminum(P) orang itu(O).
3.    Intransitif(tidak memerlukan objek).
1.    Tidak lengkap. Orang itu(S) mandi(P).
2.    Semi-lengkap.
1.    Orang itu(S) berjualan(P).
2.    Orang itu(S) berjualan(P) es kelapa muda(Pel).
3.    Lengkap.
1.    Organisasi itu(S) berlandaskan(P). (salah)
2.    Organisasi itu(S) berlandaskan(P) kegotongroyongan(Pel).
3.    Keterangan.
1.    Keterangan adalah bagian kalimat yang menerangkan subjek, predikat, objek atau pelengkap.
2.    Berupa frasa nomina, preposisi, dan konjungsi.
3.    Mudah dipindah-pindah, kecuali diletakkan diantara predikat dan objek atau predikat dan pelengkap.
Contoh:
Dulu(Ket) orang itu(S) menjual(P) es kelapa muda(O) di jalan surabaya(Ket).

          
               




















BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pembahasan maka ditarik beberapa kesimpulan antara lain :
1.    Frase adalah suatu kelompok kata fungsional yang memiliki gramatikal
     tertentu (SPOK) yang tidak membentuk arti.
2.    Ciri – ciri frase:
     Tidak membentuk kata baru Dapat disisipi kata lain Dapat diperluas
B. SARAN
Dalam pembuatan makalah ini, Penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang konstruktif  sangat penulis harapkan dari para pembaca.














DAFTAR PUSTAKA
Oka, I.G.N dan Suparno. 1994. Linguistik Umum.: Proyek Pembinaan dan
Peningkatan Mutu Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal. Jakarta
Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Verhaar, dkk. 2008. Asas-Asas Linguistik Umum. Gajah Mada
            University Press. Yogyakarta:
http://zieper.multiply.com/journal/item/38 diakses pada 30 Agustus 2010.
http://colinawati.blog.uns.ac.id/2010/05/10/13/ diakses pada 30 Agustus 2010
http://qlearn.wordpress.com/2007/10/31/frase/ diakses pada 1 September 2010
\http://endonesa.wordpress.com/bahasan-bahasa/frase-klausa-dan-kalimat/


Tidak ada komentar:

Posting Komentar