Selasa, 05 Juni 2012

Tugas Sastra Daerah

Tugas :
Sastra Daerah







Oleh

Rahmawati
(A2D1 09015)






PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DAN DAERAH
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2011



KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat tiada habisnya kepada seluruh umat-NYA terutama kepada penulis sehingga penulis dapat menyusun makalah ini dan dapat menyelesaikan tugas mata kulia Sastra Daerah dengan lancar.
Selanjutnya ucapan terimakasih yang tak terhingga penulis sampaikan kepada dosen pembimbing Wa Ode Nur Iman Yang telah membimbing penulis pada kulia Sastra Daerah.
Sebagai manusia yang tak luput dari kesalahan, tidak ada kata yang dapat penulis ucapakan selain kata maaf yang sebesar-besarnya apabila dalam  penulisan makalh ini terdapat kesalahan baik dari segi penulisan maupun isi dari penulisan makalah ini. penulis sangat membutuhkan kritik dan saran para pembaca yang bersifat membangun demi penulis makalah selanjutnya. Harapan penulis semoga apa yang penulis sajikan dapat memberikan manfaat dan menambah pengetahuan bagi seluruh pihak yang membaca. Dan semoga Allah senantiasa member hidayah kepada hamba-NYA yang slalu mau berusaha dan belajar.






                                                                 Penulis, 12 Desember 2011
                                             

                                                                                                            Rahmawati
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar belakang
Budaya indonesia memang sangat beragam dan hal itu akan tampak dalam khazanah sastra indonesia yang terwujud dalam sastra-satra daerah diseluruh nusantara. Mitos sebagai salah satu bagian dari sastra bagian dari daerah banyak mengandung nilai budaya, nilai estetika, nilai moral, dan nilai konsepsional.
Esten dalam Djakfar (1987:8) menyatakan bahwa nilai-nilai estetika dijumpai dalam bentuk (struktur) dan isi(tema dan amanat) cerita. Nilai moral akan terlihat dalam sikap terhadap apa yang diungkapkan dalam sebuah cipta sastra dan dalam cara bagaimana mengungkapkannya. Nilai konsepsi akan terlihat dalam pandangan pengarang secara keseluruhan terhadap masalah yang akan diungkapkan dalam cipta sastra.
Mitos adalah cerita suat bangsa (sku/daerah/rakyat) tentang dewa dan pahlawan zaman dahulu yang mengndung penafsiran tentang asal-usul semesta alam, manusia dan bangsa itu sendiri. Yang mengandung arti mendalam yang diungkapkan dengan cara gaib(Depdikbud.1990:588). 
Dalam alam dan kehidupan mitologis tidak terlihat garis pemisah yang tegas antara manusia dan alam atau  antara subjek dan objek, bahkan adakalanya manusia manusia belum dapat disebut subjek. Terbentuknya mitos bermula dari pikiran manusia yang tidak mau menerima begitu saja semua fenomena alam yang ditangkap oleh akal dan pancaindra. Karena dorongan naluri yang amat kuat, pikiran manusia itu ingin mencari sesuatu yang dianggap lebih kongkret daripada kenyataan duniawi.  



B.    Rumusan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah diatas, akan dibahas lebih lanjut mengenai apa saja mitos-mitos yang berkembang dimasyarak di Buton?
C.    Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dalam makalah ini adalah untuk mengetahui mitos-mitos yang berkembang di Buton.
D.    Manfaat
Manfaat yang diharapakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.    Sebagai sumbangan pemikiran dalam usaha meningkatkan pengetahuan tentang mitos terutama mitos di Buton.
2.    Sebagai bahan informasi, yang berminat melakukan penelitian lanjutan yang relevan dengan penelitian ini.



















BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A.    Batasan tentang mitos
Para ilmuwan sosial, khususnya para antropolog, semula memandang mitos sebagai suatu yang diperlukan manusia dalam mencari kejelasan tentang alam lingkungannya, juga sejarah masa lampaunya.
William R. Bascom dalam “The Form of Folklore: Prose Narratives”, misalnya, menjelaskan mitos adalah cerita prosa rakyat yang dianggap benar-benar terjadi dan dianggap keramat oleh masyarakat pendukungnya.
Umar Junus dalam bukunya “Mitos dan Komunikasi” juga menegaskan bahwa mitos adalah sesuatu “kebenaran,” suatu realitas rasional, yang juga dikuasai oleh sebab-akibat, meskipun dalam dimensi yang berbeda dengan yang ada pada manusia modern. Namun, pada sekitar abad ke-19, ketika rasionalisme mendominasi pandangan hidup orang Barat, “mitos” dipahami sebagai suatu apa pun yang bertentangan dengan “kenyataan”. Seperti yang pernah diungkapkan oleh Nurcholish Majid dalam artikelnya “Tentang Mitos” (Tabloid Mingguan TEKAD, No.49, 1999) bahwa di kalangan masyarakat modern mitos semakin sering dipertentangkan dengan ilmu pengetahuan (Majid, 1999).
Terjadinya perubahan anggapan masyarakat tentang mitos dan realitas itu tidaklah berlangsung serentak dan bersifat seutuhnya, sehingga sering menimbulkan overlapping tanggapan masyarakat tentang mitos dan realitas itu sendiri. Timbulnya perbedaan tanggapan dan overlapping tanggapan itu adalah hal yang wajar dalam sejarah kehidupan manusia. Di berbagai suku bangsa yang sudah maju tingkat kesadaran masyarakatnya, terjadinya perbedaan itu justru diterima sebagai rahmat dalam rangka menggali dan memahami sejarah masa lampaunya, juga bagi pemberdayaan mitos sebagai sumber kekuatan kultural dan kekuatan moral suku bangsanya. Perbedaan tanggapan itu hampir tanpa konflik sama sekali, masing-masing pemilik tanggapan yang berbeda itu sama-sama merasa berarti bagi kemajuan dan kecemerlangan daerahnya di mata dunia. Para ilmuwan mereka dengan penuh gairah masuk kampung keluar kampung untuk menemukan masyarakat paling tradisional sebagai sumber mitos yang berharga bagi penemuan bahan ramuan kreasi dalam membangun berbagai aspek kemajuan daerahnya. Singkatnya, mereka sudah memiliki kestabilan mental dan prilaku positif atas adanya perbedaan tanggapan masyarakat tentang mitos dan realitas.
Mitos dapat diartikan sebagai suatu cerita lama yang mengisahkan dewa-dewi, tuhan , manusia, atau kejadian-kejadian alam yang luar biasa.
Kisah ini dikaitkan pula dengan sesuatu kepercayaan agama. Masyarakat melayu lama meletakkan cerita-cerita mitos ini sebagai benar-benar berlaku dan menjadikannya dari sistem kepercayaan yang tidak boleh dipersenda-sendakan.
Pada anggapan mereka, sesiapa yag tidak mempercayai cerita mitos akan menerima bala atau balasan. Wujudnya cerita mkitos ini bertujuan untuk memperbesarkan sesuatu kejadian atau peistiwa supaya melahirkan kebanggan dan kesanggupan karena sesuatu itu menjadi luar bisa sehingga tidak logis, tetapi sebagai suatu kepercayaan.
B.    Jenis-jenis mitos
1.    Mitos tentang makhluk dengan tuhannya
2.    Mitos mengenai keajaan(mitos politik)
3.    Mitos budaya
4.    Mitos asal-usul pembukaan negeri
5.    Mitos alegori/sindiran
C.    Ciri-ciri mitos
1.    Cerita tentang asal-usul kejadian sama ada kejadian makhluk, manusia,tempat,fenomena, alam dan sebagainya.
2.    Cerita menjadi kepercayaan dikalangan masyarakat melayu lama. Mereka menganggap cerita tersebut benar-benar berlaku, malah dianggap suci dan kudus.
3.    Watak-watak dalam cerita mitos biasanya terdiri daripada watak dewa-dewi, makhluk separuh dewa, manusia yang agung, binatang dan lain-lain yang mempunyai kekuasaan.
4.    Latar tempat dan masa cerita mitos tidak dapat dipastikan. Peristiwa yang berlaku dalam cerita mitos merangkumi segenap penjuru alam, sama ada didaratan , dilautan, dikayangan atau dimana saja. Manakala latar masa kejadian pula berlaku pada masa lampau/ silam, yaitu suatu masa yang tidak dapat dipastikan bila berlaku kejadian tersebut.
5.    Bersifat naratif: menceritakan sesuatu kejadian tentang dewa-dewi, tuhan,binatang, da manusia yang agung serta luar biasa.
6.    Cerita dianggap tidak logis oleh masyarakat hari ini, tetapi dipercayai benar-benar berlaku leh masyarakat lama. Jadi istilah dongeng itu adalah penafsiran kita pada hari ini.
7.    Cerita mitos hidup dan dihormati oleh generasi pendokong dan adalah sukar untuk dikikis / untuk dihapus
D.    Fungsi-fungsi cerita mitos
1.    Untuk memenuhi daya ingin tahu manusia terhadap kejadian alam, manusia, dan lain-lain.
2.    Untuk menghubungkan manusia dengan kuasa yang agung
3.    Sebagai alat kawalan sosial melalui cerita ini diharapkan dapat dikawal tingkahlaku manusia / masyarakat lama daripada melakukan kejahatan.
4.    Sebagai alat pengekalan norma masyarakat mitos asal-usul raja. Misalnya adalah untuk mengekalkan taat setia untuk raja.
E.    Tujuan mitos
Ada 4 tujuan mitos:
1.    Mistikal
2.    Kosmologi: alam semesta kita kenal adalah perwujudan dari dimensi misteri
3.    Sosial: mengatur masyarakat
4.    Pedagogis: membimbing individu dalam perjalanan hidup




BAB III
PEMBAHASAN
“Togo Motono” Lingga Nora Ginawe
Togo Motono adalah nama sebuah danau pasang surut, yang terletak di wilayah Desa Ambuau, Kecamatan Lasalimu Selatan, Kabupaten Buton - Sulawesi Tenggara. Danau ini memiliki luas sekitar 842 ha, di bagian timurnya bukit-bukit yang tersusun atas batu karang, di sebelah barat, utara dan selatan adalah lokasi perumahan dan lahan pertanian penduduk transmigrasi.
Alkisah pada jaman Hindu Lasalimu adalah kota kerajaan sebagai pusat pemerintahan adalah Ambuau tepatnya dilokasi danau tersebut. Sang raja memiliki anak kembar laki perempuan (kembar buncing). Yang lebih tua adalah laki-laki. Menurut kepercayaan setempat jika hal ini terjadi maka salah satu harus dibuang. Maka raja memutuskan untuk membuang putranya dan dihanyutkan di sungai dengan memakai rakit yang terbuat dari bambu kuning. Akhirnya putranya ini ditemukan, selanjutnya dipelihara oleh seorang pedagang. Putra raja ini diberi nama Saweri Gading. Setelah dewasa ia mengikuti jejak ayah angkatnya menjadi pedagang, hingga tibalah ia di Lasalimu. Adalah sudah menjadi takdir nampaknya bahwa antara Saweri Gading dan putri raja saling jatuh cinta. Akhirnya sang raja merestui hubungan mereka yang berakhir dengan pernikahan. Ketika anak pertama mereka lahir maka terdengarlah suara dari langit, yang mengatakan bahwa hubungan suami istri itu akan mengakibatkan bencana, karena sesungguhnya mereka adalah saudara kandung. Apa boleh buat kutuk sudah lepas tak dapat dielakkan lagi hujanpun turun dengan sangat deras selama 40 hari tanpa henti. Akibatnya tenggelamlah seluruh kerajaan beserta istananya termasuk keluarga raja.
Setelah berabad-abad lamanya mitos ini masih sangat kental dalam masyarakat Buton. Tempat ini menjadi sangat keramat, banyak kejadian-kejadian aneh yang dijumpai orang ketika melewati danau pada waktu-waktu tertentu. Misalnya manusia setengah buaya yang sering membuat bulu kuduk merinding. Konon siluman buaya ada tiga, buaya putih adalah penjelmaan dari Saweri Gading, buaya merah adalah penjelmaan dari sang putri dan satu lagi buaya yang masih kecil adalah penjelmaan dari anak mereka.
Pada lokasi danau ini terdapat gundukan batu-batu karang bercampur tanah yang posisinya semacam gunung atau bukit kecil yang terletak di tengah danau, Konon gundukan itu adalah tiang dapur dari kerajaaan yang dahulunya tenggelam. Di tempat inilah hingga sekarang diadakan pemujaan.


“Togo Motona” Linggar Nora Ginawe (Dalam bahasa wolio)
Togo motona sarona saangu kolowa mosapopene, amboore yi kadiena Desa Ambaua,Kecamatan Lasalimu salata,Kab. Buton-Sulawesi Tenggara. Kolowa yincua sumai kera-kera kaewana 842 ha., wita yi timbu gunu-gununa koriasa,ly timbu, napa, te duka yi salata tampana pokampoa te tampana tana poinawuana miana daga.
Minaaka yi tula-tulana manga miana kampona neaiyitu tapokanawaakano mitologi  kadaangiana kolowa togo motona kooni wae I zamanina hindu Lasalimu yitu saangu kadi lipu, kotana sara amboore I kolowa yitu,rajana lassalimu akoanakamo rapi samia uumane samia bawine (rapi sapasa). Membalina aka oumane membalina yandi o bawine kayaa kinina mangamia yi weitu ane tekangia niboomai apepali maka sala samia motobanaka, maka raja lakina amotakamo abanaka umane apaosika solonana yumala apakea kea raki potopewau mina,ka yipolanto patu. Akhirina ana umane mai atopo, kawaakamo, satorosuna apoanamea samia daga. Anaana uumanena raja atosaringiakamo Saweri Gading. Saana umanena yincia mai aoyimo podagana mopoanea hingga akawamo uka yincia iy lasalimu. Kabilanga ambalimo katoe o saweri gading te kabalana apo pelu akhirina raja mai ayundakea kalambena apo baisa sampe akawino mangga ncia yitu. Saangu waktu alahirimo oana baa baana manga, maka atorangomo suara minaka yi mae dani omina posaanguna manga yinciatu eaumbakamo bencana roona satotuuna manga yinciatu sandai. Opea I puwau katunda ato boasakamo ndamo ato talangi, akowao mpu amarancana 40 ueo kangengena nda teyunto, akhirina atalanggalamumo saangana lipute yanto yantona istana te duka manga witinaina raja.
Abadimo kangengena mitos nciasi dangiapo ato payakinia manga miana butuni, tampa nciamai ambalimo sangia, abarimpu kadaangia nda molawana I pokawaakana manga mia molalona yi kolowa yitu waktu mo tantu, misilina daangia maanusia satumpo bueya mo menturuma paringkuma buluna mia molalo koonimaka kahandana daangia talangiu , bueya maputi paicanana saweri gading, bueya maki paincanana kalambena raja, te sangu npo uka Buena madidi paincanana anana manga.
Yi tamapana kolowa mai daangia kumbuna kambumbu kambumbuna koriasa omodelena mbumo gunu atawa mbomo kambumbuna langka yi tanga tangana tumbo kooni wae kumbuna kabumbu yitu puuna perampuna, lipu motanggalamuna yi piamoitu, I tampa neaa siitu pokawaaka siy siy adangia moturangia .

Tinjauan atas unsur intrinsik
Unsur intrinsik adalah unsur yang membentuk penciptaan karya sastra. Unsur ini berupa tema, tokoh dan penokohan, alur,latar, amanat. Keenam unsur yang terdapat dalam mitos “togo motono” Lingga Nora Ginawe adalah sebagai berikut:
A.    Tema
tema yang terkandung dalam mitos “togo motona” Lingga Nora Gianawe ,sesungguhnya terletak pada paragraf kedua,adalah sebagai berikut:
ketika anak pertama mereka lahir maka terdengarlah suara dari langit, yang mengatakan bahwa hubungan suami istri itu akan mengakibatkan bencana,karena sesungguhnya  mereka adalah saudara kandung.apa boleh buat kutuk sudah dilepas tak dapat dielakkan lagi hujanpun turun dengan sangat deras selama 40 hari tanpa henti. Akibatnya tenggelamlah seluruh kerajaan beserta istana termasuk keluarga raja.
B.    tokoh dan penokohan
1.    Raja Ambaua
2.    Ratu ambaua,melahirkan anak kembar laki perempuan(kembar buncing),
3.     Saweri gading,menikahi saudara kembarnya sendiri sang putri raja, menjelma menjadi seekor buaya putih jantan
4.    Sang putri raja,menjelma menjadi seekor buaya merah betina
5.    Anak saweri gading dan putrid raja.

C.    Alur
Alur yang digunakan dalam cerita ini adalah alur maju mundur,karna diceritakan dari awal cerita hinggga selesai.
•    Bagian awal
Alkisah pada zaman Hindu lasalimu adalah kota kerajaansebagai pusat pemerintahan adalah ambaua tepatnya letak danau tersebut. Sang raja memiliki anak kembar laki perempuan. Menurut kepercayaan setempat jika hal ini terjadi maka salah satu harus dibuang.
•    Bagian tengah
Akhirnya putranya ini ditemukan, selanjutnya dipelihara oleh seorang pedagang.Putra raja ini diberi nama saweri gading.setelah dewasa ia mengikuti ayah angkatnya menjadi pedagang, hingga tibalah ia dilasalimu.
•    Bagian akhir
Ketika anak pertama mereka lahir terdengarlah suara dari langit, yang mengatakan bahwa hubungan suami istri itu akan mengakibatakan bencana,karna sesungguhnya mereka adalah saudara kandung. Apa boleh buat kutuk sudah lepas tak dapat dielakkan lagi hujanpun turun dengan sangat deras selama 40 hari tanpa henti. Akibatnya tenggelamlah seluruh kerajaan beserta istananya termasuk keluarga raja.
D.    Latar
•    Latar tempat,di Desa Ambaua, Kecamatan Lasalimu, Kabupaten Buton-Sulawesi Tenggara.
•    Latar sosial, “Menurut kepercayaan setempat jika hal ini terjadi maka salah satu harus dibuang ”. ini menggambarkan kebiasaan masyrakat lasalimu yang percaya adanya mitos.


E.     Sudut pandang/Point Of View
Sudut pandang yang digunakan penulis dalam cerita ini adalah sudut pandang orang ketiga(diaan)
F.    Amanat
Amanat yang disampaikan dalam cerita ini ialah hendaknya kita lebih mendengarkan nasehat orang tua dan hendaknya tetap bersabar dalam menghadapi cobaan.




   









BAB IV
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Mitos adalah sesuatu yang diperlukan manusia dalam mencari kejelasan tentang alam lingkungannya,juga sejarah masa lampaunya. Tetapi sering juga terjadi perubahan anggapan masyarakat tentang mitos dan realita,ini berlangsung tidak serentak dan seutuhnya. Sehingga menimbulkan overlapping tanggapan  dan overlapping ini adalah hal yang wajar dalam sejarah kehidupan manusia.






















Daftar Pustaka
Atmazaki, 1990. Ilmu Sastra: Teori dan Sastra. Padang: Angkasa Raya.
Baried, St. Baroroh. 1985. Memahami Hikayat dalam Sastra Indonesia. Jakarta: Pusat   Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
Djakfar, Idris. 1994. Nilai dan Manfaat Sastra Daerah Jambi. Jakarta: Pusan Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
http://www.parisada.org/index.php?option=com_content&task=view&id=1389&Ite            mid=120
http://www.parisada.org/index.php?option=com_content&task=view&id=1389&Itemid=120
http://www.parisada.org/index.php?option=com_content&task=view&id=1389&Itemid=120
http://www.depdiknas.go.id/kebudayaan/pekan-budaya






Tidak ada komentar:

Posting Komentar