Jumat, 01 Juni 2012

waspadai hepatiis C


Oleh: dr. Arina Ismah Afiati (dokter PARAHITA Cab. Yogyakarta)
Infeksi hepatitis C merupakan salah satu masalah kesehatan di seluruh dunia dengan angka insidensi 170 juta orang di seluruh dunia. Salah satu masalah utama yang ditimbulkan penyakit ini karena hampir 85 % orang yang terinfeksi akan menjadi kronis, dan sepertiganya akan berkembang menjadi sirosis atau kerusakan jaringan hati yang berat .
Apakah yang dimaksud dengan penyakit Hepatitis C ?
Merupakan peradangan pada jaringan liver / hati yang disebabkan oleh virus hepatitis C.  Keadaan ini dapat berlanjut menjadi kerusakan jaringan hati yang luas yang disebut sirrosis hepatis. Pada beberapa kasus sirosis akan berkembang menjadi kegagalan hati, termasuk kanker hati.
Apakah penyebab infeksi Hepatitis C ?
Penyebabnya adalah virus hepatitis C, merupakan family Flaviviridae, termasuk golongan virus RNA.
Bagaimana cara penularan penyakit ini ?
Penyebaran virus ini melalui darah, dapat melalui jalan tranfusi darah, penggunaan jarum suntik yang tidak steril, misal pada pengguna narkoba suntik, transplantasi organ. Hepatitis C juga dapat ditularkan melalui hubungan seksual, namun kemungkinannya kecil, namun memiliki pasangan seksual yang berganti-ganti dapat meningkatkan resiko infeksi. Berbeda dengan hepatitis B, penularan melalui ibu hamil ke janin saat proses kelahiran ataupun melalui ASI juga tidak biasa ditemukan. Hepatitis C juga dapat ditularkan melalui kecelakaan kerja, misalnya pada petugas kesehatan yang terkena darah / cairan tubuh yang terkontaminasi virus. Lebih dari 50% kasus hepatitis C ditransmisikan melalui penggunaan obat-obatan suntik / injeksi.
Bagaimana gejala penyakit ini ?
Pada awal infeksi, hanya sekitar 25 % pasien yang menunjukkan gejala hepatitis akut, seperti misalnya lemah, nyeri otot, kehilangan nafsu makan, dan demam tidak tinggi. Kadang muncul gejala kuning pada kulit dan mata ( ikterik).  Namun, 75% pasien tanpa gejala. Bahkan sampai penyakit menjadi kronik, sering pasien tetap asimptomatik ( tanpa gejala ).
Siapa saja yang perlu melakukan pemeriksaan hepatitis C ?
  • Skreening hepatitis C perlu dilakukan pada orang – orang yang beresiko tinggi, seperti misalnya :
  • Penerima donor transplantasi organ (misalnya kornea, kulit, ginjal, hati, dll).
  • Pengguna narkoba suntik
  • Mempunyai tattoo
  • Berganti – ganti pasangan seksual, atau menderita penyakit menular seksual
  • Mempunyai keluarga dekat ( suami atau istri ) yang menderita hepatitis C
Pemeriksaan diagnostik apa yang perlu dilakukan untuk mendeteksi hepatitis C ?
Diagnosis hepatitis C berdasarkan pemeriksaan laboratorium yaitu Anti HCVdan IgM anti HCV dengan metode enzyme immunoassay untuk mendeteksi antibodi terhadap hepatitis C. Sedangkan untuk konfirmasi diagnosis dilakukan pemeriksaan HCV RNA PCR . Pemeriksaan HCV RNA PCR terdiri dari pemeriksaan kualitatif dan kuantitatif. PCR kualitatif dapat mengetahui keberadaan virus hepatitis C dalam darah (viremia). Sedangkan PCR kuantitatif dapat mengetahui jumlah virus dalam darah, sehingga dapat menentukan apakah perlu diberikan pengobatan dengan antivirus atau tidak. Namun, jumlah virus dalam darah (viral load) tidak berhubungan dengan beratnya penyakit.
Bagaimana cara pencegahan hepatitis C ?
Sampai saat ini belum ada vaksin untuk mencegah hepatitis C.  Jadi cara mencegah yang paling baik adalah dengan menghindari cara penularan.
Sumber :
Friedman,L.S., 2008, Liver, Biliary Tract, and Pancreas in Tierney,L.M.,McPhee,S.J.,Papadakis,M.A., (eds), Current Medical Diagnosis and Treatment,Lange, New York.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar